Umat Palur, Nyedulur!

Umat Palur, Nyedulur!

Jika membaca judul tulisan di atas, mungkin ada kesan terlalu percaya diri (bahkan mungkin sedikit sombong…) dengan situasi terkini umat Paroki Santa Maria Diangkat ke Surga Palur  (yang selanjutnya akan disingkat menjadi Paroki Palur). Namun tulisan ini sebenarnya tidak dibuat dengan tujuan untuk sombong-sombongan ataupun pamer-pameran. Tulisan ini sebenarnya dibuat sebagai ajakan bagi kita semua, umat di Paroki Palur, untuk mengecek lagi, apakah pernyataan ini masih “bergaung” di hati kita masing-masing.

Slogan “Umat Palur, Nyedulur…” sendiri mulai kita kenal di pertengahan tahun 2022. Mulai dipopulerkan oleh Romo Paroki Palur saat itu, Romo Markus Widiyoko Pr, sebagai sebuah “warisan” bagi umat Palur yang akan beliau tinggalkan, karena mendapatkan tugas perutusan baru di Paroki Kumetiran, Yogyakarta. Dengan kalimat sederhana dan sentuhan gaya pantun Jawa (parikan tunggal), slogan ini menjadi sesuatu yang sederhana, mudah diingat, sekaligus menginspirasi (karena saya pernah hadir dalam sebuah acara dan mendengarkan seorang pejabat berpantun, pantunnya norak, cenderung maksa, tetapi hebatnya diberi tepuk tangan yang riuh dari peserta yang hadir..).

Gereja St. maria Diangkat Ke Surga Palur pada saat awal diresmikan
Gereja St. maria Diangkat Ke Surga Palur pada saat awal diresmikan

Jika melihat kembali judul tulisan ini – Umat Palur, Nyedulur!, salah satu hal yang harus kita lakukan adalah melihat lagi sejarah Paroki Palur. Paroki ini memang secara de jure diresmikan pada Hari Minggu Legi, 26 September 2004, tetapi sejatinya, secara de facto, cikal bakalnya sudah hadir dan tumbuh pada awal dekade 1980-an, seiringan dengan dibangunnya kawasan bernama Perumnas Palur, yang terletak di pinggiran Kota Sala. Dalam perjalanan Gereja dan Paroki Palur selama sekitar 40 tahun ini, umat dari generasi pertama masih ada dalam jumlah yang tidak banyak. Sebagian besar Umat Palur saat ini berasal dari generasi kedua, ketiga, maupun mereka yang berpindah ke Palur selama rentang perjalanan Gereja dan Paroki tersebut.

Kekuatan Paroki Palur

Bagi mereka yang tumbuh maupun dibesarkan di Paroki Palur, tentu akan menyadari, bahwa salah satu kekuatan dari Paroki Palur justru karena wilayahnya yang tidak luas, hanya sekitar 4 kilometer persegi saja. Dengan wilayah yang tidak luas, hal ini menjadi kelebihan, karena reksa pastoral dapat dilakukan secara optimal. Untuk menjelajah Paroki Palur, dapat dilakukan dengan pit-pitan menggunakan sepeda onthel, tidak membutuhkan waktu yang lama, bahkan kalaupun harus mengendarai sepeda motor, tidak perlu helem-an, karena pasti tidak akan menyeberang jalan raya. Keberadaan bangunan gereja yang terletak di tengah-tengah paroki, menjadi jantung untuk semua pelayanan di paroki. Dengan tidak adanya stasi maupun kapel, semua kegiatan dapat dipusatkan di gereja, sehingga secara tidak langsung akan memberikan kesempatan kepada umat untuk saling berjumpa, saling menyapa, dan berdinamika bersama sebagai satu keluarga.

 

Kekuatan yang lain yang dimiliki Paroki Palur adalah jumlah umat yang tidak banyak. Dengan jumlah umat sekitar 1.500 jiwa (untuk data lebih lengkap dapat dilihat di profil paroki), kesempatan bagi umat untuk lebih mengenal saudara dan saudari dalam Tuhan akan semakin besar. Di Paroki Palur, ketika kita mengenal seseorang, mungkin juga akan mengenal sampai ke anggota keluarga yang lain. Hal ini bisa terjadi justru karena jumlah umat yang tidak banyak tadi.

 

Dan salah satu kekuatan lain yang dimiliki Paroki Palur adalah Sumber Daya Manusianya. Sumber Daya Manusia di Paroki Palur menjadi sebuah kekuatan, karena walaupun mereka tinggal di daerah pinggiran kota, namun akses untuk mendapatkan pendidikan, pekerjaan, kesehatan, informasi, maupun akses-akses yang lain dapat diraih dengan cukup mudah, karena letak Paroki Palur yang tidak jauh dari Kota Sala, yang hanya tinggal meyeberang jembatan Bengawan Sala.

Perayaan Ekaristi di gereja St. Maria Diangkat Ke Surga - Palur
Perayaan Ekaristi di Gereja St. Maria Diangkat Ke Surga - Palur

Tantangan Paroki Palur

Salah satu yang menjadi tantangan sekaligus keprihatinan kita adalah bagaimana mengoptimalkan peranan dan keterlibatan orang muda di dalam kegiatan menggereja. Seperti yang pernah disampaikan oleh Romo Yohanes Suwarna Sunu Siswoyo Pr, selaku Romo Paroki Palur saat ini, bahwa orang muda adalah Gereja masa kini, dan bukan lagi Gereja masa depan. Maka sudah saatnya bagi kita untuk lebih menggerakkan orang-orang muda di dalam dinamika kegiatan menggereja.

Dalam kepengurusan Dewan Pastoral Paroki tahun 2023-2025, jumlah orang muda yang terlibat memang cukup banyak. Namun sebagai Gereja masa kini, sudah saatnya bagi orang muda tidak hanya berkiprah di tingkat paroki saja, tetapi juga di tingkat lingkungan. Sudah saatnya bagi orang muda saat ini manjing ajur ajer, menyatu dengan lingkungannya. Jika selama ini pertemuan-pertemuan di lingkungan lebih banyak didominasi oleh orang dewasa dan para lansia, sekaranglah giliran orang muda untuk tampil, sesuai dengan slogan Indonesian Youth Day tahun 2023 ini, ‘’ Orang Muda : Bangkit dan Bersaksilah’’.

Orang muda adalah Gereja masa kini, dan bukan lagi Gereja masa depan.
Orang muda adalah Gereja masa kini, dan bukan lagi Gereja masa depan.

Keprihatinan berikutnya yang juga perlu mendapatkan perhatian kita adalah hadirnya saudara-saudari kita, para umat baru di Paroki Palur ini. Harus diakui, dengan perkembangan daerah Palur saat ini, diimbangi pula dengan hadirnya para umat baru yang tinggal di wilayah Paroki Palur. Sebagaian besar dari mereka, datang dari paroki-paroki “tetangga”. Karena mereka datang dari ‘’paroki tetangga’’, memang tidak mudah untuk mengajak para umat baru ini ikut terlibat di dalam kegiatan menggereja, baik di tingkat lingkungan maupun tingkat paroki. Para umat baru yang sudah terlanjur nyaman dengan paroki lama mereka, banyak yang enggan untuk ikut hadir dan terlibat di Paroki Palur. Maka menjadi tugas bersama, khususnya bagi para pengurus dan umat di tingkat lingkungan, untuk dapat merangkul dan merengkuh mereka sebagai anggota baru, dalam semangat persaudaraan.

Tantangan yang lain pula adalah partisipasi keluarga dalam kegiatan-kegiatan di lingkungan maupun paroki. Beberapa fenomena yang terjadi antara lain sebagai berikut : Pertama, ada keluarga yang orangtuanya cukup aktif dalam kegiatan menggereja, tetapi hal ini tidak menular kepada anak-anaknya. Kedua, justru kebalikannya. Orangtuanya kurang aktif (bahkan tidak aktif), tetapi anak-anaknya sangat aktif terlibat dalam berbagai kegiatan menggereja. Untuk menanggapi fenomena-fenomena tersebut, dapat ditindaklanjuti oleh Tim Pelayanan Pastoral pendampingan keluarga, sebagai bahan masukan untuk program pelayanan selanjutnya.

Salah Satu Kegiatan Lingkungan dan Paroki, Lomba Menghias Tumpeng dalam Rangka HUT Paroki yang ke-18 2022
Salah Satu Kegiatan Lingkungan dan Paroki, Lomba Menghias Tumpeng dalam Rangka HUT Paroki yang ke-18 2022

Penutup

Sebagai sebuah paroki, Paroki Palur merupakan bagian dari Keuskupan Agung Semarang (KAS) yang saat ini digembalakan oleh Mgr. Robertus Rubiyatmoko (yang lebih akrab disapa Monsinyur Rubi). Monsinyur Rubi sendiri memiliki motto penggembalaan dalam Bahasa Latin, Quaerere et Salvum Facere yang berarti “mencari dan menyelamatkan”. Selaras dengan hal ini, motto penggembalaan Bapak Uskup Agung Semarang juga dapat kita jadikan sebagai sebuah program, sekaligus sebuah misi, untuk menjawab tantangan-tantangan yang ada pada Paroki Palur. Kita semua semestinya ikut terlibat (atau melibatkan diri..) dalam misi ini. Proses mencari dan menyelamatkan harus dilihat sebagai sebuah kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisahkan. Karena misi ini bukanlah seperti google yang bisa mencari tanpa harus menyelamatkan, ataupun pemadam kebakaran yang tidak harus mencari namun dapat menyelamatkan.

Jika kita refleksikan kembali, dalam semangat Santa Maria Diangkat ke Surga sebagai pelindung Paroki Palur, kita dapat bejar dari sosok Ibu Maria. Dalam hidupnya, Ibu Maria menjadi sosok yang penuh syukur dalam menanggapi panggilan Allah. Sehingga dalam perjalanan hidupnya, Ibu Maria dipilih oleh Allah, agar karya keselamatan kepada umat manusia dapat terwujud. Salah satu wujud syukur Ibu Maria, diungkapkan dan dicatat dalam Kitab Suci dalam Kidung Magnificat.

Pelantikan dan serah terima kepengurusan Depan Paroki 2023-2025
Pelantikan dan serah terima kepengurusan Depan Paroki 2023-2025

Maka semestinya paroki kita juga dapat menjadi salah satu bagian dari pujian Ibu Maria dalam kidung tersebut.

Semoga Paroki Palur menjadi tanda pertolongan Tuhan kepada umat-Nya, karena Ia mengingat rahmat-Nya, yang dijanjikan kepada nenek moyang kita, kepada Abraham dan keturunannya, sampai selama-lamanya (bdk Lukas 1:54-55).

Alexander Arief Rahardian

Oleh:
Alexander Arief Rahardian
Lingkungan Antonius,
Wakil ketua Dewan Paroki St. Maria Diangkat Ke Surga – Palur 2023-2025
Guru SMK Kolese St. Mikael Surakarta

Dokumentasi:
Tim Pelayanan Komsos Paroki Palur

Share:

WhatsApp
Facebook
Twitter
LinkedIn