Doa damai St. Fransiskus Assisi:
Tuhan, jadikanlah aku pembawa damai-Mu.
Bila terjadi kebencian,
Jadikanlah aku pembawa cinta kasih;
Bila terjadi penghinaan,
Jadikanlah aku pembawa pengampunan;
Bila terjadi perselisihan,
Jadikanlah aku pembawa kerukunan;
Bila terjadi kebimbangan,
Jadikanlah aku pembawa kepastian;
Bila terjadi kesesatan,
Jadikanlah aku pembawa kebenaran;
Bila terjadi kecemasan,
Jadikanlah aku pembawa harapan;
Bila terjadi kesedihan,
Jadikanlah aku pembawa kegembiraan;
Bila terjadi kegelapan,
Jadikanlah aku pembawa terang.
Tuhan, semoga aku lebih ingin menghibur daripada dihibur,
memahami daripada dipahami,
mencintai daripada dicintai.
Sebab dengan memberi, aku menerima;
dengan mengampuni, aku diampuni;
dengan mati suci aku bangkit lagi untuk hidup selama-lamanya.
Amin.
Meneladani St. Fransiskus Assisi
“Doa Damai dari St. Fransiskus Assisi” demikian nama yang sudah dikenal secara luas, sekarang ini sudah berumur lebih dari 100 tahun. Secara harfiah, doa ini bukanlah dari St. Fransiskus Assisi, tetapi memuat jiwa dan semangat yang sedemikian kental bernafas dari St. Fransiskus Assisi, sehingga menamakannya sebagai “Doa Damai St. Fransiskus Assisi” terasa mengalir begitu alami, lancar, dan mengena tanpa hambatan.
Dia orang yang sedemikian rendah hati di hadapan sesama manusia, apalagi di hadapan Allah. Rendah hati bukan berarti minder, takut bertindak atau pengecut. Dia sadar bukan apa-apa di hadapan Tuhan. Hanya sekedar ciptaan-Nya. Kendati merasa diri sedemikian dicintai oleh Allah Sang Pencipta itu, dia merasa apa pun juga yang dikerjakan, itu hanyalah anugerah Allah itu sendiri. Dirinya hanyalah alat. Tuhanlah yang berperan utama. Dalam doa ini semangat iman itu kentara betul. Dia memohon kepada Tuhan supaya Tuhan menjadikan dirinya sebagai sarana, pembawa perdamaian, bukan pelakunya. Karena itu, setiap kalimat diserukan: “jadikanlah aku”. Fransiskus tidak berkata – O, dia tidak akan berani berkata – “bila terjadi kebencian, saya akan membawa cinta kasih.” Seandainya pun dia berhasil meluluhkan kebencian itu dan berubah menjadi cinta kasih, dia akan bersyukut kepada Tuhan karena Tuhan telah berkenanuan membuat dirinya menjadi sarana cinta kasih Tuhan itu. Karena itu dia hanya mampu dan berani memohon: “Bila terjadi penghinaan, JADIKANLAH aku pembawa pengampunan”. Hal yang sama diterjemahkan oleh orang lain sebagai: “BIAR(KAN)LAH aku membawa pengampunan”.
Kendati naskah doa ini bukan hasil dari tangan Fransiskus sendiri, namun semangat Fransiskus menggelegak sedemikian kental di dalamnya. Karena itu orang pun tak segan-segan menganggapnya berasal dari Fransiskus Asisi sendiri.