Katekesmus Gereja Katolik, merumuskan gereja sebagai “himpunan orang-orang yang digerakkan untuk berkumpul oleh Firman Allah, yakni, berhimpun bersama untuk membentuk Umat Allah dan yang diberi santapan dengan Tubuh kristus, menjadi Tubuh Kristus” (No 777). Pada himpunan umat Allah mengambil beberapa bagian dan terlibat. (Panca Tugas Gereja) Bagian tersebut antara lain adalah sebagai berikut :
- Liturgia (menghidupkan peribadatan yang menguduskan)
- Kerygma (mengembangkan pewartaan kabar gembira)
- Koinonia (menghadirkan dan membangun persekutuan)
- Diakonia (memajukan karya cinta kasih)
- Martyria (memberi kesaksian sebagai murid-murid Tuhan)
Meskipun semua warga Gereja Katolik diajak untuk terlibat dan ambil bagian dalam kelima hal tersebut, Gereja Katolik juga memiliki ciri khas dalam menghidupi hal ini. Dalam tradisi Gereja Katolik, dikenal orang-orang yang mengabdikan diri secara purna waktu (full time), untuk ikut ambil bagian dan terlibat. Mereka lebih dikenal sebagai para imam, biarawan, dan biarawati. Dalam bahasa yang lebih familiar, mereka dikenal sebagai romo, suster, dan bruder.
Para imam, biarawan, dan biarawati, selama ini ikut terlibat aktif dalam perkembagan gereja yang senantiasa berkembang menyesuaikan jaman. Namun satu hal yang menjadi fenomena umum di masa ini, adalah menurunnya jumlah orang yang mau terpanggil untuk menjadi imam, suster, dan bruder. Banyak penelitian yang dilakukan untuk menyelidiki mengapa fenomena ini bisa terjadi. Tetapi di sisi lain, kita juga memiliki kewajiban dan tanggungjawab secara moral, untuk senantiasa mengusahakan agar panggilan sebagai imam, suster, maupun bruder tetap lestari di dalam Gereja Katolik. Jika jumlah imam semakin berkurang, kita bisa bayangkan, tentu akan semakin sulit merayakan Ekaristi yang menjadi sumber dan puncak hidup Kristiani. Begitu juga jika jumlah suster dan bruder semakin berkurang, kita tentu juga akan semakin kesulitan dalam menemukan karya pelayanan cinta kasih di bidang pendidikan, kesehatan, maupun pelayanan kepada sesama, khususnya para kaum KLMTD (Kecil, Lemah, Miskin, Tersingkir, dan Difabel).
Untuk alasan-alasan tersebut, di Paroki Palur juga terdapat Tim Pelayanan Promosi Panggilan (Prompang). Salah satu yang menjadi pelayanan mereka adalah mengusahakan sekaligus mengupayakan tumbuhnya panggilan-panggilan sebagai imam, suster, maupun bruder, di tingkat paroki. Harapan jangka panjangnya, agar dari Paroki Palur nantinya “lahir” para imam, suster, dan bruder, yang senantiasa siap melayani Tuhan melalui Gereja Katolik.
Beberapa hal sudah dilakukan oleh Tim Pelayanan Promosi Panggilan di Paroki Palur. Kegiatan rutin yang sudah dilakukan sejauh ini adalah dengan menyelenggarakan Ekaristi Sabtu Imam, yang dilaksanakan pada hari Sabtu sesudah Jumat Pertama. Dalam Ekaristi Sabtu Imam, intensi yang dimohonkan adalah mendoakan para imam, dan mohon rahmat panggilan bagi orang-orang muda untuk menjadi imam. Kegiatan lain yang juga rutin dilakukan adalah dalam perayaan Minggu Panggilan (Minggu Gembala Baik), yang bersamaan dirayakan pada Minggu Paskah ke IV.
Meskipun usaha untuk menumbuhkan panggilan di tengah-tengah umat setiap tahun dirayakan secara khusus dalam Minggu Panggilan, kemasan acaranya pernah dicoba dengan berbagai metode yang berbeda. Mulai dari live in bersama umat, sarasehan, seminar, dan tentunya sharing kisah perjalanan panggilan di dalam perayaan Ekaristi.
Dalam Minggu Panggilan tahun 2023 ini, yang menjadi “bintang-tamu” adalah para frater dari Keuskupan Agung Semarang (KAS) dan para suster dari Suster-Suster Notre Dame (SND). Dalam kegiatan yang dilaksanakan pada hari Sabtu dan Minggu, 29-30 April 2023, para frater dan suster berdinamika bersama umat dalam berbagai kategori. Mulai dari berdinamika bersama para orangtua, dalam pertemuan-pertemuan di tingkat wilayah, sampai berdinamika bersama anak-anak dari usia dini sampai orang muda.
Setelah kegiatan tersebut, oleh Tim Pelayanan Promosi Panggilan, dipikirkan lagi terobosan-terobosan lain yang bisa dilakukan. Harapannya agar kegiatan promosi panggilan tidak hanya berhenti pada perayaan Minggu Panggilan saja. Jika selama ini para frater, bruder, maupun suster, diperkenalkan kepada umat, dan diberikan kesempatan untuk berdinamika bersama keluarga-keluarga. Maka juga perlu dilakukan terobosan, dengan memperkenalkan para remaja dan orang muda, untuk lebih mengenal kehidupan harian para calon imam maupun suster. Untuk itulah dirancang sebuah kegiatan live in, yang bertujuan untuk memperkenalkan cara hidup ini kepada para remaja di Paroki Palur.
Live In Promosi Panggilan 2023 Paroki Palur Gelombang 1
Dalam Program Pelayanan Tim Promosi Panggilan tahun 2023, sudah direncanakan kegiatan tersebut. Kegiatan live in dibagi menjadi 2, yaitu untuk putra dan putri. Peserta kegiatan ini adalah untuk umat usia sekolah (SD sampai SMA/K). Mereka akan “dititipkan” dalam waktu tertentu di rumah pembinaan para calon imam dan suster. Untuk putra, rencananya mereka akan ditempatkan di Biara Karmel St. Theresia Lisieux, Gadingan, Yogyakarta. Sedangkan untuk putri akan ditempatkan di Postulat Suster MASF Gentan, Baki, Sukoharjo.
Ada beberapa pertimbangan dan alasan mengapa kedua tempat tersebut dipilih menjadi tujuan kegiatan kali ini. Pertama, tujuan kegiatan kali ini adalah menitipkan beberapa anak ke rumah formasi calon imam dan suster. Untuk rumah formasi suster dipilih Postulat Suster MASF, karena lokasinya terletak di daerah Gentan, Sukoharjo, tidak jauh dari Palur. Yang menjadi sedikit kendala adalah, untuk rumah pembinaan calon imam, tidak ada yang berlokasi di dekat Paroki Palur. Maka untuk lokasi kegiatan ini dipilih Biara Karmel St. Theresia Lisieux, Gadingan, Yogyakarta.
Kegiatan ini direncakan untuk dilaksanakan selama liburan sekolah. Karena menyesuaikan jadwal liburan anak dengan jadwal para suster dan frater ternyata tidak mudah. Maka kegiatan ini dibagi dalam 2 gelombang. Gelombang pertama untuk putra dilaksanakan pada hari Jumat sampai Minggu, 7 sampai 9 Juli 2023, sedangkan gelombang kedua untuk putri dilaksanakan pada hari Jumat sampai Minggu, 14 sampai 16 Juli 2023.
Hari Jumat sore, 7 Juli 2023, dua orang peserta live in untuk putra sudah berkumpul di Stasiun Kereta Api Palur sekitar jam 14.30. Mereka adalah Bernadus Rafael Nicolas Bintang Dewanto (Rafa) dari Lingkungan Yohanes Maria Vianney dan Johanes Baptista Bagus Adi Putra Kristianto (Bagus) dari Lingkungan Lukas.
Mereka berdua diantar oleh Bapak Alexander Arief dengan KRL menuju Yogyakarta. Berangkat dari Stasiun Palur jam 14.50 dan sampai Stasiun Yogyakarta jam 16.16. Perjalanan menuju biara dilanjutkan dengan taksi yang menembus kemacetan Kota Yogyakarta, sampai di sana sekitar jam 17.30. Rombongan diterima oleh Romo John Preta OCD dan Frater Charles OCD. Setelah menyerahkan kedua remaja tersebut kepada Romo John, Bapak Alex pamit pulang kembali ke Palur. Kegiatan dan dinamika sepenuhnya akan mengikuti rutinitas di biara.
Hari Minggu pagi, jam 08.20, rombongan yang terdiri dari Perwakilan Tim Promosi Panggilan dan orangtua peserta yang mengikuti kegiatan sudah berkumpul di Stasiun Kereta Api Palur. Dengan KRL jam 08.50, rombongan berangkat menuju Yogyakarta, dan sampai di biara sekitar jam 11.30. Rombongan diterima oleh Romo Fion OCD, ditemani oleh beberapa frater yang hadir, antara lain Frater Christo OCD, Frater Fendy OCD, dan Frater Ryan OCD. Suasana di biara sedikit lenggang, karena beberapa romo dan frater sedan gada acara di luar biara, mulai dari mengirim komuni kepada orang sakit, memberikan rekoleksi, dan ada beberapa frater yang saat ini sedang berada di Bajawa, Flores, untuk persiapan kaul kekal pada Hari Minggu, 16 Juli 2023, yang oleh Ordo Karmel dirayakan sebagai Hari Raya Santa Perawan Maria dari Gunung Karmel.
Dalam kesempatan ramah-tamah bersama, Romo Fion memperkenalkan tentang Ordo Karmel Tak Berkasut (Ordo Carmelitarum Discalceatorum / OCD) dan bagaimana cara hidup dan spiritualitas yang mereka hidupi. Frater Fendy juga menceritakan dinamika yang boleh dialami oleh kedua remaja tersebut, mulai dari merayakan Ekaristi bersama, mengikuti ibadat bersama, dan tentunya kerja tangan (opera), diceritakan juga bahwa tugas opera untuk mereka berdua antara lain merawat tanaman dan memberi makan bebek. Romo Fion mewakili komunitas juga mengucapkan terima kasih karena boleh berdinamika bersama, sekaligus mengenalkan cara hidup para Karmelit kepada kedua umat dari Palur tersebut.
Sebelum pertemuan singkat ini ditutup dengan makan siang bersama, komunitas Karmelit di Yogyakarta memberikan kenang-kenangan berupa skapulir kepada kedua peserta, yang dikalungkan oleh Romo Fion. Skapulir sendiri merupakan salah satu benda sakramentali (seperti halnya Rosario). Karena yang diberikan adalah skapulir berwarna coklat, maka skapulir tersebut menjadi tanda persaudaraan Bunda Maria dari Gunung Karmel. Setelah makan siang, rombongan juga sempat mengobrol melalui video call dengan Romo Albert OCD, putra asli Paroki Palur, yang saat ini menjalani studi di Italia. Romo Albert menceritakan, bahwa karena saat ini di Italia sedang liburan musim panas, maka kegiatan pembelajaran ditiadakan. Ketika dihubungi, Romo Albert baru saja merayakan Ekaristi bersama umat di sana. Rombongan dari Palur selanjutnya mohon pamit dan kembali menuju Palur.
Live In Promosi Panggilan 2023 Paroki Palur Gelombang 2
Live in gelombang kedua dilaksanakan pada hari Jumat sampai Minggu, 14 sampai 16 Juli 2023 di Postulat Suster MASF. Peserta dari Paroki Palur kali ini sebanyak 4 orang, yaitu: Michelle Gratia Rahajeng, Gabrielle Gratia Rahajeng, Gabriella Mahendra, dan Graciella Mahendra.
Kebetulan mereka berempat merupakan bestie dan berasal dari Lingkungan Elisabeth. Mereka diantar dan diterima oleh Suster Rosa MASF.
Selanjutnya, dinamika yang dilakukan mengikuti rutinitas di susteran. Pengalaman yang didapatkan pun hampir sama. Mereka senang dan bergembira karena boleh mendapatkan pengalaman-pengalaman baru di biara. Dan di akhir kegiatan, mereka pun mendapatkan kenang-kenangan berupa rosario dari para suster.
Demikian sedikit kisah live in yang difasilitasi oleh Tim Pelayanan Promosi Panggilan Paroki Palur, dalam rangka mengenalkan kehidupan kaum religius, sekaligus mengisi waktu liburan. Semoga kegiatan-kegiatan seperti ini dapat dilaksanakan di tahun berikutnya, dan dapat semakin menumbuhkan panggilan di tengah-tengah orang muda saat ini, khususnya di Paroki Santa Maria Diangkat ke Surga Palur
Referensi bacaan:
Kompendium Katekismus Gereja Katolik, 2009, Konferensi Waligereja Indonesia dan Penerbit Kanisius Yogyakarta
Liputan & Dokumentasi:
Tim Pelayanan Promosi Panggilan Paroki St. Maria Diangkat ke Surga – Palur