Rekoleksi Keluarga Merawat Iman

Pertemuan 1 : Cek Spare Part

Dalam Temu Pastoral tahun 2023, Keuskupan Agung Semarang (KAS) menentukan fokus pastoral untuk tahun 2024.Fokus Pastoral Keuskupan Agung Semarang tahun 2024 adalah, “Tinggal dalam Kristus dan Berbuah: Berjalan Bersama untuk Formasio Iman Berjenjang dan Berkelanjutan.” Fokus pastoral kali ini berlatarbelakang antara lain karena perlunya menyikapi pelemahan iman pasca pandemi covid-19, tantangan menyemai dan membatinkan nilai-nilai iman pada generasi muda dan anak-anak jaman sekarang, perlunya ajaran-ajaran apologetik (pembelaan) untuk melawan penyesatan atau pembelokan ajaran Gereja, dan seruan paus Fransiskus tentang pentingnya pengajaran iman yang intensif. Bapa uskup kita, Mgr Robertus Rubiyatmoko menjadikan tahun 2024 sekaligus sebagai tahun Katekese bagi Keuskupan Agung Semarang. Kita semua diajak untuk dengan lebih sungguh memberi perhatian pada Formatio Iman dalam kehidupan umat KAS yang semestinya dilaksanakan secara berjenjang dan berkelanjutan.

 

Istilah Formatio Iman bukanlah istilah baru di KAS. Istilah Formatio Iman ada sejak tahun 2014, bermula saat KAS menanggapi Tahun Iman yang dicanangkan oleh Paus Benediktus XVI (tahun 2012-2013). Tahun iman sendiri dicanangkan oleh Paus, pada waktu itu untuk memperingati 50 tahun Konsili Vatikan II. Menyadari bahwa hidup beriman umat bersifat dinamis dan tidak sekali jadi maka pembinaan iman perlu dilaksanakan secara terus menerus sesuai jenjang usia. Dari situlah memunculkan istilah Formatio Iman Berjenjang. Selanjutnya untuk memastikan adanya kesinambungan dalam setiap jenjangnya, maka kini istilahnya menjadi Formatio Iman Berjenjang dan Berkelanjutan.

 

Kevikepan Surakarta menanggapi ajakan Bapa uskup Mgr. Robertus Rubiyatmoko tersebut dengan merangkum Fokus Pastoral tahun 2024 melalui kalimat yang lebih sederhana. Oleh Romo Vincentius Bondhan Prima Kumbara Pr, selaku Ketua Komisi Kateketik Kevikepan Surakarta, fokus pastoral dipadatkan dalam kalimat sederhana (tagline) yang mudah diingat, yaitu “Keluarga Merawat Iman”. Dan seruan “Keluarga Merawat Iman” ini kemudian diwujudkan dalam bentuk kegiatan rekoleksi keluarga, yang sudah mulai dilakukan di beberapa paroki dalam wilayah Kevikepan Surakarta. Kegiatan rekoleksi ini menjadi berbeda dengan beberapa rekoleksi-rekoleksi sebelumnya, karena rekoleksi “Keluarga Merawat Iman” dilakukan dalam bentuk pertemuan berkesinambungan selama 7 kali. Kegiatan seperti ini baru dimulai di Kevikepan Surakarta, dan belum ada di kevikepan-kevikepan yang lain.

 

Inti dari rekoleksi ini sebenarnya adalah menyadarkan lagi, bahwa orangtua merupakan katekis utama dan pertama. Keluarga juga menjadi basis formatio iman. Menjadi sebuah keprihatinan bersama bahwa pada akhir-akhir ini, keluarga belum menjadi tempat yang optimal bagi formatio iman. Banyak orangtua yang lebih mempercayakan formatio iman anak-anak mereka kepada sekolah maupun paroki. Padahal semestinya formatio iman anak lebih banyak dijalani di dalam keluarga, karena anak-anak lebih memiliki banyak waktu di rumah, daripada di sekolah, maupun paroki. Sehingga rekoleksi ini ditegaskan sebagai rekoleksi keluarga (bukan rekoleksi pasutri, atau rekoleksi anak-anak). Maka peserta rekoleksi ini tidak terbatas pada pasutri saja, tetapi juga bisa diikuti oleh mereka yang single parent, maupun orangtua yang hadir bersama anaknya.

 

Sebagai persiapan, di Paroki Palur sudah terbentuk panitia khusus yang mengusahakan agar kegiatan rekoleksi ini dapat berlangsung di Paroki Palur. Panitia ini terdiri dari 2 bidang yang saling bersinergi. Kedua bidang tersebut adalah Bidang Pewartaan dan Evangelisasi dan Bidang Paguyuban dan Persaudaraan yang diwakili oleh Tim Pelayanan Kerasulan Keluarga. Di luar itu, dalam kepanitaan ini juga melibatkan beberapa personil lain yang dirasa mampu untuk ikut terlibat dalam kegiatan ini. pertemuan-pertemuan dan koordinasi sudah dilakukan dalam beberapa kali rapat, termasuk bersama Romo Bondhan sendiri, yang keraya-raya hadir di Palur dari tempat beliau bertugas di Paroki Dalem (sampai ketinggalan kereta juga). Hingga pada akhirnya rekoleksi pertama dapat dilaksanakan pada hari Minggu, 21 Juli 2024.

 

Pertemuan pertama dalam rangkaian rekoleksi ini dihadiri oleh 44 keluarga dari 17 lingkungan yang ada di Paroki Palur. Meskipun jumlah peserta sudah melampaui target, namun dari daftar hadir menunjukkan bahwa masih ada beberapa lingkungan yang belum mengirimkan peserta untuk kegiatan ini. Yang diharapkan sebenarnya adalah seluruh lingkungan dapat mengirimkan umatnya untuk mengikuti kegiatan rekoleksi ini, sehingga dampaknya tidak hanya dapat dirasakan di tingkat keluarga dan paroki, tetapi juga dapat dirasakan dan dibagikan di lingkungan-lingkungan. Beberapa peserta yang hadir dengan membawa anak-anak yang masih kecil juga dapat mengikuti kegiatan secara penuh karena sudah ada pendamping yang akan menemani para anak-anak, sehingga para orangtua dapat mengikuti rekoleksi tanpa merasa kuatir harus momong anak.

 

Rekoleksi pertama ini disemarakkan oleh Bapak Rogatianus Yoga sebagai pemandu acara. Acara dibuka dengan Doa Pembukaan oleh Kabid Pewartaan dan Evangelisasi, Ibu Sylvia Esthi Winarsih. Selanjutnya Romo Paroki Santa Maria Diangkat ke Surga Palur, Romo Yohanes Suwarna Sunu Siswoyo Pr memberikan sambutan. Selanjutnya pengantar untuk pertemuan ini disampaikan oleh Bapak Alexander Arief selaku Wakil Ketua Dewan Pastoral Paroki. Dalam pengantar disampaikan bahwa dalam berkeluarga, hal-hal yang dominan harus dilakukan dengan baik adalah komunikasi dan tatakelola (management). Dalam ilmu tatakelola, terdapat 4 faktor yang mestinya dilakukan dengan baik. Keempat hal tersebut adalah : perencanaan, pelaksanaan, pengecekan, dan perbaikan.

Untuk faktor-faktor perencanaan dan pelaksanaan, biasanya sudah dipersiapkan dan dijalankan dengan baik. Namun untuk pengecekan, hal ini yang seringkali terlupakan. Karena sering terlupakan, sehingga banyak orang terlena dan merasa diri baik-baik saja, sehingga merasa tidak perlu melakukan perbaikan. Oleh Romo Bondhan, pengantar ini dipertegas dalam berbagai contoh yang cukup mengundang gelak tawa peserta yang hadir. Romo Bondhan menambahkan bahwa jika kita merasa diri kita atau hidup kita baik-baik saja, di situlah sebenarnya kualitas hidup kita sedang menurun.

Selanjutnya, mengikuti skenario pembelajaran yang sudah disediakan dalam buku pegangan untuk peserta. Setiap keluarga diajak untuk mengecek kembali spare parts yang ada di dalam keluarga masing-masing. Dengan segala objektivitas yang ada, setiap keluarga diajak untuk memberikan penilaian terhadap beberapa instrumen (yang diasumsikan sebagai spare parts) dalam kehidupan berkeluarga. Oleh Romo Bondhan sebagai penyusun buku panduan, spare parts yang disediakan berjumlah 20 instrumen. Skor penilaian tersebut nantinya dijumlahkan dan dibagi 20, sehingga setiap keluarga mendapatkan penilaian terhadap spare parts masing-masing keluarga.

Selesai mengecek spare parts masing-masing keluarga, para peserta lalu diajak untuk berdiskusi dalam kelompok kecil ditemani 1 orang panitia sebagai pendamping. Dalam diskusi kelompok berbasis wilayah tersebut, setiap keluarga menceritakan beberapa hal tentang keluarga mereka. Mulai dari skor yang mereka dapatkan setelah mengisi instrumen dari buku panduan. Membagikan hal-hal yang dirasa sudah berjalan baik dalam keluarga. Hal-hal yang dirasa belum baik dilaksanakan dalam keluarga. Dan tentunya komitmen-komitmen yang akan dijalani setelah mengikuti pertemuan pertama dalam rekoleksi ini. Dalam kelompok yang saya dampingi, semua anggota kelompok menyatakan bahwa mereka belum optimal dalam mengusahakan doa bersama di dalam keluarga. Sehingga hal ini dapat menjadi sebuah usaha yang harus diupayakan untuk dapat dilaksanakan.

Selanjutnya, sebelum diadakan penguatan dan peneguhan dari Romo Bondhan, diadakan ice breaking sederhana bersama para anggota Pendampingan Iman Remaja (PIR). Dalam ice breaking ini akhirnya digunakan untuk memilih 2 peserta yang membagikan pengalaman-pengalaman hidup berkeluarga mereka. Mereka yang terpilih adalah Bapak Hubertus dari Lingkungan Anna dan Bapak Gigih dari Lingkungan Aloysius Gonzaga. Menjadi sesuatu yang istimewa, karena kedua saudara kita tersebut mampu menceritakan pengalaman-pengalaman mereka, yang juga bisa menjadi pembelajaran bagi semua peserta rekoleksi.

Setelah kedua saudara tersebut menceritakan pengalaman-pengalaman mereka dalam hidup berkeluarga, Romo Bondhan memberikan peneguhan dalam bentuk pembelajaran iman. Meskipun hal-hal yang disampaikan oleh Romo Bondhan ini menurut beliau sebenarnya bukanlah sesuatu yang baru, namun dirasakan belum banyak dipelajari oleh keluarga-keluarga secara lebih mendalam, sehingga materi yang disampaikan ini bisa menjadi penyegaran bagi para keluarga dalam merawat iman keluarga masing-masing. Setelah selesai menyampaikan peneguhan, Romo Bondhan menutup acara dengan memberikan tugas kepada peserta rekoleksi. Tugas ini nantinya akan digunakan sebagai bahan pengolahan dalam pertemuan berikutnya.  Pertemuan ditutup dengan doa yang dipimpin oleh Bapak Erwan Sucahyo, dan diakhiri dengan Berkat Tuhan melalui Romo Bondhan. Semoga pertemuan selanjutnya dapat berjalan dengan baik dan memberikan pembelajaran baru bagi keluarga-keluarga di Paroki Palur.

Penulis : Alexander Arief R

 

Referensi bacaan :

https://kas.or.id/wp-content/uploads/2024/02/Panduan-APP-2024.pdf

Share:

WhatsApp
Facebook
Twitter
LinkedIn